Infografis-Badak-Jawa-1787pxGambar diambil dari http://houseofinfographics.com/

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan menjadi habitat bagi berbagai macam spesies satwa liar. Salah satu spesies satwa liar yang ada di Indonesia dan tergolong satwa langka adalah Badak. Badak merupakan hewan purba yang diperkirakan telah menghuni bumi sejak 65 juta tahun yang lalu. Populasi badak terus menerus mengalami penurunan dan hingga saat ini hanya ada lima spesies yang tersisa dari 30 jenis spesies Badak yang diketahui pernah hidup di bumi. Dua dari lima spesies badak yang masih ada sekarang ini memiliki habitat alami di Indonesia. Kedua jenis spesies tersebut adalah Badak Sumatera (Dicerorhinus Sumatrensis) dan Badak Jawa ( Rhinocerus Sondaicus).

Perbedaan mendasar yang tampak dari segi fisik kedua spesies badak ini terletak pada jumlah cula yang dimiliki. Badak Sumatera memiliki dua cula sedangkan Badak Jawa hanya memiliki satu cula, sehingga Badak Jawa dikenal juga dengan sebutan Badak Bercula Satu. Badak Jawa memiliki ciri khas berwarna abu-abu atau abu-abu coklat dengan tekstur kulit yang kasar, tebal serta sedikit berbulu. Berat badan Badak Jawa dewasa dapat mencapai 2.300 kilogram dengan panjang badan mencapai empat meter dan tinggi 1,7 meter. Jika dibandingkan dengan Badak Sumatera, jumlah populasi Badak Jawa lebih sedikit dan masuk Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam kategori critically endangered atau sangat terancam. Menurut artikel yang dirilis WWF, jumlah populasi Badak Jawa di habitat asli mereka di Taman Nasional Ujung Kulon berjumlah tidak lebih dari 60 ekor. Berbeda dengan Badak Sumatera dengan populasi berkisar antara 200 sampai 300 ekor dan tersebar di beberapa wilayah di pulau Sumatera dan Kalimantan. Badak Jawa tersebar hanya terbatas di satu tempat yaitu Semenanjung Ujung Kulon. Saat ini kapasitas habitat Badak Jawa di Ujung Kulon telah mencapai batas optimum untuk mendukung keberadaan populasi satwa langka tersebut. Selain itu, letak Taman Nasional Ujung Kulon yang dekat dengan Gunung Krakatau menjadi ancaman terbesar bagi eksistensi Badak Jawa dikarenakan kemungkinan adanya bencana alam seperti erupsi, gempa bumi ataupun tsunami mampu memusnahkan populasi Badak Jawa dalam sekejap mata. Ruang jelajah Badak Jawa juga semakin berkurang akibat pembakaran dan penebangan hutan untuk tujuan komersil di sekitar tempat satwa ini hidup. Pertumbuhan yang sangat pesat dari sejenis pohon palem yang disebut langkap (Arenga Obtusifolia) juga mengancam ketersediaan pakan alami Badak Jawa. Pertumbuhan Langkap ini menghalangi sinar matahari menembus hutan sehingga tanaman-tanaman yang menjadi makanan utama Badak Jawa tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kekurangan sinar matahari. Hal-hal tersebut memberikan gambaran betapa mendesaknya kebutuhan akan tempat tinggal yang baru untuk mendukung kelestarian populasi Badak Jawa.

Seperti halnya manusia yang memiliki kriteria tertentu dalam menentukan tempat tinggal, demikian pula halnya dalam menentukan habitat baru untuk Badak Jawa. Setidaknya rumah baru untuk Badak Jawa mampu menyediakan tiga hal utama yaitu ketersediaan makanan dan air serta tempat berlindung yang aman dan nyaman.

Makanan merupakan sumber utama bagi kelangsungan hidup semua mahluk hidup tidak terkecuali Badak Jawa. Sebagai herbivora, Badak Jawa memakan berbagai jenis tumbuhan terutama tunas, ranting, dan dedaunan muda yang tumbuh di tempat yang terkena cahaya matahari. Jenis tumbuhan yang disukai Badak Jawa diantaranya adalah Kedondong hutan (Spondias Pinnata) dan Sulangkar ( Leea sambucina). Habitat yang baru hendaknya dapat menjamin ketersediaan pakan alami yang mudah dijangkau oleh Badak Jawa. Selain makanan, ketersediaan air yang cukup juga sangat diperlukan oleh Badak Jawa baik untuk memenuhi kebutuhannya akan garam mineral yang terkandung dalam air maupun sebagai sarana melindungi suhu tubuh dengan cara berendam dalam kubangan air atau lumpur. Satu hal yang tidak kalah penting adalah tempat berlindung bagi Badak Jawa untuk berkembang biak dan mempertahankan hidupnya. Badak Jawa merupakan hewan penyendiri dan lebih suka bersembunyi daripada berinteraksi langsung dengan hewan lain maupun manusia. Badak Jawa tidak memiliki predator utama namun manusia dengan aktivitas seperti perburuan, penebangan dan pembukaan hutan untuk lahan pertanian di dekat habitat satwa ini tinggal tentunya akan mengganggu kehidupan mereka. Disamping itu, keberadaan satwa liar lainnya di habitat yang sama serta memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara bersama-sama akan menimbulkan persaingan antar satwa di habitat tersebut. Hal itu tentunya harus dihindari mengingat populasi Badak Jawa yang sedikit dan hampir punah akan sulit bersaing dengan satwa lain yang populasinya lebih banyak. Habitat yang baru idealnya mampu menyediakan tempat berlindung yang aman dari berbagai ancaman seperti bencana alam dan penyakit serta nyaman untuk hidup dan berkembang biak. Semoga rumah yang baru untuk si Penyendiri ini dapat segera terwujud dan dapat berfungsi dengan optimal untuk menjaga kelestarian Badak Jawa. Lestarikan Badak Jawa, jangan sampai hanya tinggal nama.

Sumber :

http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_jawa/

Klik untuk mengakses factsheet_javanrhino_bahasa_2.pdf

http://www.wwf.or.id/berita_fakta/?29040/prof-hadi-alikodra-badak-satwa-langka-terlebih-buku-konservasi-tentang-badak

http://www.wwf.or.id/berita_fakta/highlights/?3680/setia-mengikuti-langkah-sang-badak

http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175859897.pdf

http://www.satwa.net/514/mengenal-badak-jawa-ciri-ciri-habitat-populasi-badak-jawa.html

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema “Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?” Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)